You're Here: Home » Program Hamil » Atasi Ketidaksuburan Sekunder Tanpa Rasa Stres!

Atasi Ketidaksuburan Sekunder Tanpa Rasa Stres!

|    Program Hamil| Shares: 0

“Kami sudah merencanakan kehamilan anak kedua selama bertahun-tahun dan hasilnya nihil. Apa mungkin kami punya masalah kesuburan?”

Ledisia.com – Tahukah Anda kalau masalah kesuburan tidak hanya datang pada pasangan suami istri yang pertama kalinya merencanakan kehamilan? Seperti ilustrasi percakapan di atas, masalah fertilitas juga mungkin terjadi pada perencanaan kehamilan kedua. Kasus ini dinamakan ketidaksuburan sekunder (secondary infertility), yaitu ketika seorang wanita tidak bisa hamil atau keguguran setelah memiliki satu anak.

 

Infertilitas Sekunder Perlu Segera Diatasi. Dengan Begitu, Mempunyai Momongan Kedua Tak Lagi Cuma Mimpi.

Selama ini, masalah kesuburan primer memang paling banyak menyita perhatian. Tapi di Amerika Serikat, lebih dari tiga juta wanita di sana punya masalah kesuburan sekunder. Tentunya, Anda tidak ingin hal ini menimpa pada Anda dan suami juga, bukan? Oleh karenanya, mari kita simak penyebab, perawatan, dan reaksi-reaksi yang berkaitan dengan ketidaksuburan sekunder berikut!

 

Baik ketidaksuburan primer maupun sekunder memiliki persamaan. Faktor sistem reproduksi dan gaya hidup masih menjadi penyebab utama sulitnya mendapatkan momongan.

Ketidaksuburan sekunder juga bisa disebabkan oleh alkohol - via elle.com

Ketidaksuburan sekunder juga bisa disebabkan oleh alkohol – via elle.com

Sebenarnya, ketidaksuburan primer (masalah kesuburan pada rencana kehamilan yang pertama) dan ketidaksuburan sekunder punya penyebab yang sama. Apa yang menyebabkan seorang wanita mengalami ketidaksuburan primer juga bisa menjadi pemicu ketidaksuburan sekunder. Mereka adalah jaringan parut pada panggul atau rahim, tuba falopi yang terblokir, endometriosis, dan ovulasi yang cacat.

Tak sekedar permasalahan pada sistem reproduksi Anda saja, ketidaksuburan sekunder juga bisa disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat. Sebut saja kelebihan berat badan atau justru terlalu kurus. Selain itu, kebiasaan merokok dan minum alkohol berlebihan juga berpengaruh terhadap kesuburan.

Anda juga perlu mencermati kualitas dan kuantitas sperma suami, apakah dalam kondisi baik atau tidak. Sementara, komplikasi selama persalinan dan melahirkan juga bisa memicu masalah. Cermati hal ini sebelum Anda melahirkan dan tilik kembali apakah usia Anda masih terbilang subur.

 

Seperti penyebabnya, perawatan ketidaksuburan primer dan sekunder juga serupa. Anda diwajibkan berkonsultasi dengan dokter dan mendapatkan perawatan yang tepat untuk kasus infertilitas yang terjadi.

Memeriksakan masalah kesuburan - via herbalnomersatu.com

Memeriksakan masalah kesuburan – via herbalnomersatu.com

Tak berbeda dengan penyebabnya, perawatan untuk ketidaksuburan sekunder pun serupa dengan perawatan ketidaksuburan primer. Kunjungilah dokter untuk mendapatkan evaluasi perihal masalah kesuburan. Kemudian, ia akan melihat apakah Anda tidak hamil setelah setahun mencoba, apakah frekuensi berhubungan seksual cukup sering, menggunakan kondom atau tidak, serta apakah usia Anda lebih dari 35 tahun dan tidak kunjung hamil setelah 6 bulan mencoba.

Jika Anda memeriksakan diri pada dokter umum, Anda akan segera dirujuk ke dokter spesialis begitu hasil evaluasi menunjukkan ketidaksuburan. Semakin cepat Anda menemui dokter spesialis, makin baik. Apalagi jika Anda telah berusia di atas 30 tahun dan tahu pasti kalau ada kondisi yang mempengaruhi tingkat kesuburan. Endometriosis atau siklus menstruasi yang tidak teratur, misalnya.

 

Jangan berkecil hati jika Anda belum berhasil mendapatkan momongan kedua. Reaksi seperti ini justru akan menimbulkan efek negatif dan semakin mengganggu kesuburan Anda!

Merasa terasing dengan pasangan sendiri akibat stres - via cocukistiyorum.com

Merasa terasing dengan pasangan sendiri akibat stres – via cocukistiyorum.com

Munculnya reaksi negatif karena masalah kesuburan sebenarnya wajar-wajar saja. Tapi, hendaknya Anda ingat kalau salah satu syarat agar kesuburan maksimal adalah menghindari stres. Maka, hindarilah pula reaksi-reaksi semacam ini:

  • Penyangkalan. Anda mungkin berpikir kalau sudah pernah hamil dan melahirkan, tidak mungkin masalah kesuburan menghampiri. Bahkan bagi yang pernah mengalami masalah kesuburan dan berhasil mengatasinya, merasa semuanya sudah terpecahkan. Akibatnya, Anda malas menemui dokter dan mencari perawatan kesuburan. Anda pun dapat mengalami kesulitan untuk mengakui kalau Anda tak subur lagi.
  • Iri. Anda akan merasa tidak punya apa-apa dibandingkan dengan teman-teman yang keluarganya terus tumbuh dan berkembang. Anda cemburu pada kesuksesan mereka dalam memperoleh anak.
  • Merasa terisolasi. Jika sudah menerima kenyataan kalau mengalami ketidaksuburan sekunder, Anda akan merasa seperti tidak nyambung dengan kawan-kawan atau grup tertentu. Anda tak bisa mendapatkan dukungan dari sesama pasangan yang infertil dan tidak bisa bergabung dengan mereka-mereka yang memiliki banyak anak. Gawatnya lagi, Anda dan suami akan merasa terasing satu sama lain karena stres.
  • Kesedihan. Anda senang mengurus perkembangan anak pertama sekaligus sedih karena tak bisa memberikan adik padanya.
  • Rasa bersalah. Tak bisa memberikan saudara seperti beban berat untuk Anda. Apalagi jika anak, mertua, atau orang tua Anda yang meminta. Hal ini bisa berujung pada perasaan tidak puas pada anak pertama.
  • Kemarahan. Anda marah karena orang lain mudah mendapatkan anak lagi, sementara Anda tidak. “Kenapa dengan saya? Mengapa ini harus terjadi pada saya?” pikir Anda.
  • Kegelisahan. Perawatan kesuburan yang memerlukan banyak waktu, dana, tenaga, dan juga mental. Mulai dari USG, suntikan, serta janji dengan dokter yang harus berulang kali dilakukan. Belum lagi anak pertama Anda belum tentu bisa dibawa serta. Anda juga masih perlu mengusahakan pendidikan anak.

 

Semua reaksi di atas sebenarnya hanyalah sebagian reaksi umum yang terjadi pada wanita akibat ketidaksuburan sekunder. Sebagaimana infertilitas primer, Anda dan pasangan akan melalui banyak rintangan yang bergelombang. Jika emosi negatif terus hadir dan mengganggu diri Anda, cobalah berbagi dengan pasangan lain yang memiliki problem yang sama. Cari juga bantuan profesional atau konselor yang akrab dengan masalah kesuburan.

Ingat! Jauhi stres ya agar ketidaksuburan sekunder Anda tidak semakin menjadi-jadi dan tingkat kesuburan kembali membaik. Tetap semangat, Ledis!