You're Here: Home » Perawatan Kulit » Kasus Flu di area Hong Kong Meroket, 122 Orang Meninggal di 4 Hari Minggu

Kasus Flu di area Hong Kong Meroket, 122 Orang Meninggal di 4 Hari Minggu

|    Perawatan Kulit| Shares: 0

Ledisia.com – HONG KONG Hong Kong sedang mengalami lonjakan persoalan hukum flu yang mana signifikan, dengan 122 kematian dilaporkan pada empat minggu pertama musim flu sejak awal Januari. Situasi ini semakin memprihatinkan pasca artis Taiwan, Barbie Hsu, meninggal dunia dalam Jepun akibat komplikasi flu yang mengalami perkembangan menjadi pneumonia.

Kejadian ini mengakibatkan perasaan khawatir luas pada kalangan masyarakat. Ketua Komite Ilmiah Penyakit yang mana Dapat Dicegah dengan Vaksin Profesor Lau Yu-lung, mengungkapkan bahwa dari jumlah keseluruhan kematian tersebut, 11 di dalam antaranya berasal dari kelompok usia 18 hingga 64 tahun.

Dilansir dari Dimsum Daily, Kamis (6/2/2025), meskipun tingkat kematian lebih tinggi tinggi pada lansia, kelompok usia yang tersebut lebih banyak muda masih mempunyai risiko komplikasi serius, khususnya bagi dia yang dimaksud termasuk pada kategori berisiko tinggi.

Profesor Lau memberi peringatan bahwa gejala flu yang digunakan berlangsung lebih lanjut dari lima hingga enam hari tanpa perbaikan dapat menjadi tanda bahaya. Ia menyarankan agar individu yang mana ragu untuk divaksinasi mempertimbangkan untuk menyebabkan obat antivirus pada waktu bepergian, yang dimaksud harus dikonsumsi di dua hari pertama pasca timbulnya gejala untuk efektivitas maksimal.

Dalam wawancara radio, Profesor Lau juga melaporkan bahwa terdapat 18 perkara flu berat pada individu berusia 18 hingga 49 tahun, dengan 4 di area antaranya berujung pada kematian. Sementara itu, pada kelompok usia 50 hingga 64 tahun, tercatat 36 perkara parah dengan 7 kematian.

Ia menekankan bahwa lebih tinggi dari 70 persen dari total kematian terjadi pada individu yang digunakan belum mendapatkan vaksin flu. Oleh oleh sebab itu itu, ia kembali mengimbau publik untuk segera mendapatkan vaksin guna menghurangi risiko komplikasi serius.

Selain itu, meningkatnya jumlah agregat warga Hong Kong yang bepergian ke Negeri Matahari Terbit selama liburan Tahun Baru Imlek turut menjadi perhatian. Profesor Lau menyatakan perasaan khawatir bahwa wisatawan yang kembali dari Negeri Matahari Terbit dapat berkontribusi terhadap lonjakan persoalan hukum flu dalam Hong Kong.

Jepang sendiri sedang mengalami musim flu terparah sejak 1999. Meskipun jumlah keseluruhan perkara di area negara yang disebutkan mulai menunjukkan penurunan, tingkat infeksi masih tergolong tinggi.

Di sisi lain, Profesor Lau menegaskan bahwa sistem kemampuan fisik di tempat Hong Kong telah lama berupaya menangani lonjakan perkara ini pasca-liburan Tahun Baru. Ia optimistis bahwa situasi akan mulai membaik seiring dengan berkurangnya pergerakan pelancong.

Namun, ia tetap saja mencatat adanya peningkatan wabah dalam panti jompo dan juga sekolah, yang digunakan memerlukan perhatian ekstra di pencegahan juga penanganan lebih tinggi lanjut.